Di balik popularitas
para penyanyi seperti Lilis Suryani, Onny Surjono, Tuty Subardjo, Anna
Mathovani, Alfian, Tanti Josepha, dan Titiek Sandhora selama 1960-1970-an
terselip nama Muslihat Kertadiwirya atau Mus K. Wirya atawa Moeslihat. Tentu,
kontribusi terbesar diberikannya kepada Lilis Suryani.
Maklum, lagu gubahan
lelaki Sunda kelahiran Jakarta, 17 Januari 1931, ini memang lebih banyak
dilantunkan Lilis ketimbang penyanyi-penyanyi lain. Kolaborasi Mus dan Lilis mampu
memasyhurkan secara nasional lagu-lagu klasik dalam bahasa Sunda, seperti “Tjai
Kopi”, “Pileuleujan”, “Teungteuingeun”, “Antosan”, “Tjau Ambon”, “Naha”, “Tjing
Tulungan”, dan “Samar Polah”. Beberapa lagu berbahasa Indonesia lainnya, seperti
“Semalam”, “Mendjemput”, “Gelisah”, “Kepesta”, “Hilda”, “Badju Baru”, “Telepon”,
“Bungaku”, dan “Sedjenak”, juga merupakan buah kerja bareng mereka. Kemitraan mereka
bergulir lumayan lama sejak awal 1960-an hingga awal 1970-an.
Bersama Onny Surjono,
Mus membuahkan beberapa hits, seperti “Burung Berkitjau”, “Perahu Majang”,
“Kasih di Perdjalanan”, dan “Bung Karno Djaja”. Sejumlah lagu Mus juga
dilantunkan Tuty Subardjo dan lumayan dikenal publik pada masanya, semisal
“Tiada Lagi”, “Lupakanlah”, dan “Tunggu” serta dua lagu berbahasa Sunda, yakni
“Anterkeun” dan “Panginten”. “Pertemuan”, “Angsa Putih”, dan “Gita Malam” dipopulerkan
Anna Mathovani. “Sampai Menutup Mata” disuarakan Tanty Yosepha, “Tanpa Kawan”
dikumandangkan Alfian, dan “Si Kumis” dibisikkan Titiek Sandhora.
Sejak awal 1960-an
sampai dengan medio 1970-an, Mus dikenal sebagai penggubah lagu-lagu yang ngetop di Indonesia. Dia dianggap
memulai sebuah tren baru dalam penciptaan lagu. Tren tersebut diikuti Zaenal
Arifin, Jessy Wenas, Yasir Syam, dan A Riyanto pada tahun-tahun berikutnya.
Kendatipun masih banyak
pencipta lagu lain, era itu benar-benar didominasi lagu-lagu gubahan mereka. Mereka
berada pada era ketika menggubah lagu belum disikapi sebagai sebuah kerja
industrial. Lagu ditulis untuk keperluan penciptaan, tanpa pertimbangan tren
atau segmen pasar. Dia juga merintis dan memimpin beberapa orkes yang lumayan
terkenal, seperti Suita Rama dan Kuantamer.
Kabarnya, ada sekitar
150 lagu karyanya tercatat di Karya Cipta Indonesia (KCI). Tapi, belum
diketahui apakah jumlah tersebut termasuk lagu-lagu yang dihimpun pada buku Kenari, Kumpulan Lagu Anak-anak ini.
Buku tersebut menghimpun 35 lagu anak-anak, yakni “Hari Libur”, “Itikku”,
“Trompetku”, “Kue”, “Hari Minggu”, “Lihat Adik”, “Naik Kuda”, “Bangau Putih”,
“Burung Beo”, “Perahu Layar”, “Si Manis”, “Hadiah Paman”, “Bermain Tali”,
“Kasih Ibu”, “Murid Terpandai”, “Ondel-ondel”, “Teka-teki”, “Burung Layang”,
“Kuda Lumping”, “Pagi-pagi”, “Tamanku”, “Burung Bernyanyi”, “Bulan”, “Burung
Berkicau”, “Ada Tamu”, “Tidur Adik”, “Bunga Tanjung”, “Lebaran”, “Anak Nakal”,
“Boneka”, “Komedi Putar”, “Burung Kenari”, “Lumba-lumba”, “Kakek dan Nenek”,
serta “Pantai Carita”. Lagu-lagu tersebut diciptakannya selama 1966-1987.
Setiap lagu disajikan
dalam bentuk notasi angka dan notasi balok beserta liriknya serta peruntukan
kepada siswa pada jenjang kelas tertentu, seperti untuk siswa kelas I dan II
sekolah dasar. Penulisan jenjang peruntukan lagu tersebut menunjukkan bahwa Mus
memperhatikan kesesuaian komposisi nada dan lirik setiap lagunya dengan
kemampuan suara anak-anak pada umumnya. Di titik itulah, buku ini menjadi
terasa lebih istimewa ketimbang buku sejenis.
Pada 2005, Mus
terserang stroke. Untuk membantu
pengobatan penyakit tersebut, sebuah upaya penggalangan dana digagas penyanyi
Iga Mawarni dan kawan-kawannya yang tergabung dalam Persatuan Artis Penyanyi
dan Pencipta Lagu Rekaman Indonesia (Pappri), lalu digelar di Murio’s Place,
Selasa, 13 September 2005. Tapi, ayah empat anak ini akhirnya wafat pada lima
hari kemudian, Minggu, 18 September 2005, di kediamannya di Bekasi, Jawa Barat.
Jenazahnya kemudian dimakamkan di Sukabumi, Jawa Barat, pada hari yang sama.
Judul: Kenari, Kumpulan Lagu Anak-Anak
Penulis: Mus K. Wirya
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: 80 Halaman
Dimensi: 21 x 14 Cm
Penerbit: PT Gramedia,
Jakarta
Tahun: Cetakan Pertama,
1989
Kondisi: Cukup Bagus
(Bekas perpustakaan.)
Harga: Rp14.000
Stok: 25 (10 TERJUAL)
Semua buku yang kami jual
merupakan buku original, termasuk buku ini.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar secara jelas dan tak melanggar aturan hukum. Jangan lupa mencantumkan e-mail yang benar supaya kami dapat membalas.