Rebana adalah alat musik
tradisional yang terbuat dari kayu yang berbentuk bundar dan pipih seperti
cincin. Lingkaran bagian atas, yang biasanya berdiameter lebih besar ketimbang
lingkaran bagian bawah, ditempeli kulit binatang, biasanya kulit kambing yang
bulu-bulunya sudah dibersihkan.
Kata rebana berasal dari bahasa Arab, yaitu rabbana, yang berarti “Tuhan kami”.
Instrumen musik perkusi yang dikenal juga sebagai tamborin ini memang salah
satu alat musik bercitra Islam. Tak heran jika ia sering digunakan dalam
kegiatan-kegiatan yang bernapaskan Islam. Fungsi utama dalam suatu karya musik
adalah menjaga ritme.
Rebana dikenal dalam
berbagai kebudayaan. Di Mesir, Irak, Suriah, dan negara-negara Arab lainnya,
rebana disebut dengan riq. Di Rusia,
Ukrania, Slovia, Cekoslovakia, dan Polandia, namanya buben. Dajre adalah sebutan untuk rebana di
Balkan, Persia, dan negara-negara Asia Tengah. Masyarakat India Selatan mengenalnya
sebagai kanjira.
Rebana, kabarnya,
pertama kali muncul pada abad keenam Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW hijrah
dari Mekkah ke Madinah. Waktu itu, mereka menyambut Rasulullah SAW dengan
rebana sambil bersyair. Dalam bahasa Indonesia, salah satu syair yang
dilantunkan saat itu adalah “Purnama telah terbit di atas kami, dari arah Tsaniyatul
Wada'. Kita wajib mengucap syukur dengan doa kepada Allah semata”.
Sebagian masyarakat Indonesia,
Malaysia, Brunai Darussalam, dan Singapura sering menggunakan rebana bersama
gambus untuk mengiringi tarian zapin. Rebana juga digunakan untuk melantunkan
kasidah dan hadrah. Di Indonesia, rebana dikenal hampir di seluruh daerah,
terutama di Jawa dan Sumatra.
Namun, sesuai dengan
judulnya, yakni Bermain Rebana, buku
ini hanya membahas cara bermain rebana. Buku tipis ini membahas empat hal dalam
bermain rebana. Mulai dari macam-macam rebana dan cara menabuhnya pada bab
pertama, notasi pada bab kedua, irama dan tempo pada bab ketiga, serta rebana
biang pada bab keempat.
Paranada, birama,
bentuk not, nilai not, latihan, tanda istirahat, letak not, dan tanda dekap
merupakan materi pada bab kedua. Bab ketiga membahas tanda birama, latihan,
dinamika, masalah cengkokan, bunyi gemerincing, cara penulisan aransemen, dan
tanda-tanda tempo. Bab terakhir mengurai cara penulisan, latihan, cara menabuh,
dan contoh aransemen rebana biang.
Buku Bermain Rebana ditulis oleh Muslihat
Kertadiwirya, yang lebih dikenal dengan nama Mus K. Wirya. Lelaki kelahiran Jakarta,
17 Januari 1934, ini adalah seorang musikus, yang menaruh minat yang sangat
luas pada penggarapan musik. Sejak 1951 hingga akhir hayatnya pada 18 September
2005 di Bekasi, Jawa Barat, dia setia menekuni musik.
Buku ini diterbitkan pertama
kali oleh C.V. Yasaguna pada 1981. Penerbitan kedua dan seterusnya dilakukan Pt
Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) sejak 1995.
Judul: Bermain Rebana
Penulis: Mus K. Wirya
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: viii + 46
Halaman
Dimensi: 14 x 21 Cm
Penerbit: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia (Grasindo), Jakarta
Tahun: Cetakan Kedua,
1995
Kondisi: Cukup Bagus
(Ada stempel perpustakaan. Bercak-bercak kecokelatan di sisi luar sebagian buku
yang tersedia.)
Harga: Rp39.000
Stok: 44 (42 TERJUAL)
Semua buku yang kami
jual merupakan buku original, termasuk buku ini.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar secara jelas dan tak melanggar aturan hukum. Jangan lupa mencantumkan e-mail yang benar supaya kami dapat membalas.