BUKU UNGGULAN

BUKU ORI HIKAYAT PEUREUDAN ALI 1, CETAKAN I

Judul: Hikayat Peureudan Ali 1  Penyusun: Teungku Pakeh  Pengalih Aksara: Ramli Harun  Bahasa: Indonesia (Ringkasan) + Aceh (Isi) Kulit Muka...

BUKU PILIHAN

  • AGUS DERMAWAN T. DKK.: THE PUPPET STATE - GATOT INDRAJATI
  • LAKON ARIFIN C. NOER: ORKES MADUN
  • SAPARDI DJOKO DAMONO: BABAD BATU
  • H.E. VAN GELDER: REMBRANDT
  • GOENAWAN MOHAMAD: FRAGMEN
  • KOMUNITAS SASTRA INDONESIA: CATATAN PERJALANAN
  • NASRUDIN AFFANDI: HUMOR SUFI, JILID 1-5

Thursday, September 12, 2019

BUKU ORI MUS K. WIRYA: BERMAIN REBANA

Rebana adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu yang berbentuk bundar dan pipih seperti cincin. Lingkaran bagian atas, yang biasanya berdiameter lebih besar ketimbang lingkaran bagian bawah, ditempeli kulit binatang, biasanya kulit kambing yang bulu-bulunya sudah dibersihkan.
Kata rebana berasal dari bahasa Arab, yaitu rabbana, yang berarti “Tuhan kami”. Instrumen musik perkusi yang dikenal juga sebagai tamborin ini memang salah satu alat musik bercitra Islam. Tak heran jika ia sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bernapaskan Islam. Fungsi utama dalam suatu karya musik adalah menjaga ritme.
Rebana dikenal dalam berbagai kebudayaan. Di Mesir, Irak, Suriah, dan negara-negara Arab lainnya, rebana disebut dengan riq. Di Rusia, Ukrania, Slovia, Cekoslovakia, dan Polandia, namanya buben. Dajre adalah sebutan untuk rebana di Balkan, Persia, dan negara-negara Asia Tengah. Masyarakat India Selatan mengenalnya sebagai kanjira.
Rebana, kabarnya, pertama kali muncul pada abad keenam Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Waktu itu, mereka menyambut Rasulullah SAW dengan rebana sambil bersyair. Dalam bahasa Indonesia, salah satu syair yang dilantunkan saat itu adalah “Purnama telah terbit di atas kami, dari arah Tsaniyatul Wada'. Kita wajib mengucap syukur dengan doa kepada Allah semata”.
Sebagian masyarakat Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Singapura sering menggunakan rebana bersama gambus untuk mengiringi tarian zapin. Rebana juga digunakan untuk melantunkan kasidah dan hadrah. Di Indonesia, rebana dikenal hampir di seluruh daerah, terutama di Jawa dan Sumatra.
Namun, sesuai dengan judulnya, yakni Bermain Rebana, buku ini hanya membahas cara bermain rebana. Buku tipis ini membahas empat hal dalam bermain rebana. Mulai dari macam-macam rebana dan cara menabuhnya pada bab pertama, notasi pada bab kedua, irama dan tempo pada bab ketiga, serta rebana biang pada bab keempat.
Paranada, birama, bentuk not, nilai not, latihan, tanda istirahat, letak not, dan tanda dekap merupakan materi pada bab kedua. Bab ketiga membahas tanda birama, latihan, dinamika, masalah cengkokan, bunyi gemerincing, cara penulisan aransemen, dan tanda-tanda tempo. Bab terakhir mengurai cara penulisan, latihan, cara menabuh, dan contoh aransemen rebana biang.
Buku Bermain Rebana ditulis oleh Muslihat Kertadiwirya, yang lebih dikenal dengan nama Mus K. Wirya. Lelaki kelahiran Jakarta, 17 Januari 1934, ini adalah seorang musikus, yang menaruh minat yang sangat luas pada penggarapan musik. Sejak 1951 hingga akhir hayatnya pada 18 September 2005 di Bekasi, Jawa Barat, dia setia menekuni musik.
Buku ini diterbitkan pertama kali oleh C.V. Yasaguna pada 1981. Penerbitan kedua dan seterusnya dilakukan Pt Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) sejak 1995.

Judul: Bermain Rebana
Penulis: Mus K. Wirya
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: viii + 46 Halaman
Dimensi: 14 x 21 Cm
Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), Jakarta
Tahun: Cetakan Kedua, 1995
Kondisi: Cukup Bagus (Ada stempel perpustakaan. Bercak-bercak kecokelatan di sisi luar sebagian buku yang tersedia.)
Harga: Rp39.000
Stok: 44 (43 TERJUAL)

Semua buku yang kami jual merupakan buku original, termasuk buku ini.



No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar secara jelas dan tak melanggar aturan hukum. Jangan lupa mencantumkan e-mail yang benar supaya kami dapat membalas.